watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Menikmati tubuh ratna

Tubuh Ratna cukupan, tingginya sekitar
160 cm, badannya langsing, kakinya
mempunyai bulu-bulu yang cukup
merangsang lelaki, kulitnya putih.
Wajahnya manis dengan bibir yang
merekah siap menghisap penis.
Rambutnya pendek diatas bahu hingga
kelihatan lehernya yang siap digigiti.
Buah dada tidak besar, yah kira-kira
setangkupan telapak tanganku. Itu pun
kukira-kira saja, karena di waktu kerja
tubuhnya di balut blaser.
Badanya kurus langsing kencang karena
berenang dan aerobik setiap hari.
Pantatnya kelihatan menonjol dan padat.
Sangat menggemaskan apalagi jika
digencet dengan penis.
Selangkangan depan kelihatan ketat rapi,
menanti remasan.
Beberapa minggu kemudian nggak ada
kejadian istimewa, sampai suatu hari
Ratna sakit diare dan
nggak bisa masuk kantor. Pembantunya
menyusul ke puskesmas, dititipi pesan
agar kalau saya
sudah tidak terlalu sibuk bisa menengok
dirinya, mungkin bisa memberi advis
mengenai pengobatannya.
Setelah pasien sepi dan tak ada pekerjaan
kantor yang berarti, aku menjenguknya
ke rumahnya,
dan diminta masuk kamar tidurnya.
Waktu itu suaminya nggak ada di
rumah, karena sehari-hari
suaminya bekerja di suatu pabrik di
kecamatan sebelah. Aku melihat dia
berbaring di ranjang,
walau pun sedang sakit, tetapi kulihat
wajah dan tubuhnya justru makin
merangsang dibalut baju
tidur yang cukup seksi. Kawatir aku
nggak bisa menahan diri di kamarnya,
aku segera minta padanya,
kalau masih bisa jalan (aku lihat sakitnya
biasa saja), untuk pergi ke rumahku
setelah jam kantor minta
diantar pembantu. Toh, jaraknya cukup
dekat. Sementara itu dia kuberi obat
seperlunya.
Sepulang kantor, Ratna datang ke rumah
diantar pembantu, kemudian
pembantunya disuruhnya
pulang duluan, sehingga aku dan dia
tinggal sendirian di rumahku.
Pembantuku (suami-istri) kalau
siang seusai bekerja pulang ke
rumahnya dan petangnya kembali lagi,
sebab mereka adalah penduduk
desa setempat.
Ratna kusuruh masuk ke kamar periksa,
kemudian kuminta berbaring di tempat
tidur periksa.
Aku memasang stetoskop, dan kuminta
dia untuk membuka sebagian kancing
atasnya
(Ratna memakai pakaian rok dan kemeja
blues yang dikeluarkan). Aku mula-mula
serius memeriksa
dadanya dengan stetoskop, tetapi begitu
melihat sembulan buahdadanya yang
nggak besar di balik BHnya,
aku tiba-tiba berdebar dan bergetar. Aku
nggak pernah bergetar bila memeriksa
pasien wanita lain,
tetapi menghadapi Ratna koq lain.
Dengan spontan tanpa meminta ijin dari
empunya, buahdadanya kuraba halus
dari luar dan kuelus-elus.
Ratna tak membuat gerakan penolakan,
matanya justru terpejam sekan
menikmati. Seluruh kancing
bluesnya langsung kucopoti, sehingga
BH Ratna itu terlihat bebas menantang.
Bibirnya kukulum dengan cepat, sambil
tanganku masih mengelus-elus
buahdadanya dari luar
BH nya yang belum kulepas. Seperti
yang sudah kuduga, kuluman bibirku
disambutnya dengan
ciumannya yang lembut tapi hebat.
Lidahku kujulurkan dalam-dalam ke
langit-langit mulutnya, sebalik-
nya lidahnya segera membalas dengan
memilin lidahku. Aku
melihat Ratna terengah-engah menahan
emosinya, sambil mengerang: "Ssssh,
pak Hendri, pak, ah ... argghhh ...
ssshhh".
Tanpa menunggu lama, sambil Ratna
masih tetap terbaring dan mulutnya
masih kubungkam dengan
bibirku, cup BH nya kuangkat ke atas
tanpa kucopot kancingnya terlebih dulu.
Buah dadanya langsung
tersembul keluar dengan indahnya.
Benar dugaanku buah dadanya tak
besar, tetapi bagus dan kencang
dengan puting buah dada kemerahan
yang tak terlalu menonjol. Itulah buah
dada Ratna yang sudah kubayangkan
beberapa lama dan ingin kukulum. Itulah
sepasang buah dada Ratna yang masih
kenyal belum sempat
mengeluarkan ASI karena belum sempat
hamil.
Tangan kananku segera meraba-raba
pentilnya bergantian kanan dan kiri
dengan gerakan memutar
yang halus. Ratna makin menggigil dan
tambah mengerang: "Paaak, Ratna malu
paak ... ssshhh aargghhh
... ssshh ...". Aku terus menjilati bibir
dan wajahnya sambil berdiri, dan
tanganku memijat-mijat buah dadanya
yang ranum. Tangan Ratna merangkul
leherku, matanya berkejap-kejap, sambil
mulutnya terus mende-
sah di tengah-tengah kuluman lidahku.
Setelah puas menjilati wajah dan
bibirnya, mulutku beralih ke leher dan
belakang telinganya. Dia
makin menggelinjang sambil setengah
menegakkan kepalanya. Aku masih terus
berdiri, stetoskopku
sudah kulempar jauh-jauh. Segera
kemudian, mulutku sudah berada di
puting buah dada kirinya. Aku jilat
sepuasnya. Dada Ratna menggeliat dan
sekali-kali membusung, sehingga buah
dadanya makin terlihat indah
dan menggairahkan. Desisan Ratna
makin menghebat, "Aaarggghhh,
paaaak, aku nggak tahan paaak ...
". Tanganku pelan-pelan menelusuri
pahanya yang mulus walau pun berkulit
agak sedikit gelap. Tapi warna kulit
seperti ini justru sangat merangsang
diriku. Kontol di balik celanaku
sudah menegang sejak tadi ketika aku
mulai pertama kali melihat BH nya. Aku
mulai menelusuri
pahanya pelan-pelan ke atas menuju
selangkangannya di balik rok yang masih
dipakainya, sambil
aku masih terus menggelomohi kedua
puting buah dadanya.
Kulirik wajah manis perawatku ini. Ah,
betapa makin merangsangnya tampakan
wajahnya, yang sambil
sedikit merem-melek matanya menahan
nafsu birahi, mulutnya mendesis
mengerang terus menerus walau
pun tidak dengan suara yang keras,
"Aaarghh, paakk, aku ... aku nggak tahan
lagi paak."
Tetapi, begitu tanganku sampai di pinggir
celana dalamnya, tiba-tiba dia tersadar
dan langsung bilang, "Ah, pak,
jangan sekarang pak ..". Aku agak kaget,
"Mengapa Sih? Aku sudah nggak tahan
Sih, kepingin menelanjangi
kamu. "Ratna menjawab: "Kapan-kapan
pak untuk yang itu.".
Aku tak berani nekat meneruskan, tapi
wajah, bibir, dan buah dadanya masih
terus kujilati bergantian.
Aku berciuman seperti itu sambil
pakaianku masih lengkap dan masih
tetap berdiri, sedang Ratna sudah
setengah bugil sambil tetap tergolek di
ruang periksa, kurang lebih setengah
jam. Akhirnya, karena aku
kawatir kalau istriku datang dari kantor,
maka perbuatan kami yang sudah
kerasukan nafsu birahi yang
menggelegak itu kuhentikan, dan Ratna
kusuruh berpakaian kembali dan kuminta
segera pulang.
Aku sempat berciuman sekali lagi. Mesra,
seperti sepasang kekasih yang baru
dilanda asmara.
Beberapa hari kemudian, setelah kantor
tutup, Ratna yang sudah sembuh dari
diarenya, kuminta datang ke rumah.
Dia datang masih memakai seragam
dinas. Demikian pula aku.
Kusuruh dia duduk di sampingku di sofa
ruang tamu. Ruang tamuku tetap
kubiarkan terbuka pintunya, toh aku
tetap
bisa mengontrol situasi luar rumah dari
kaca besar berkorden dari dalam. Orang
luar tak bisa melihat ke dalam,
sebab pencahayaan dari luar jauh lebih
terang.
Melihat situasi luar yang cukup aman,
dan saat itu di rumah dinasku hanya ada
aku dan Ratna, maka kuberanikan
mencoba melanjutkan apa yang sudah
kumulai beberapa hari sebelumnya.
Ratna yang berada di samping kananku
langsung kupeluk mesra, kuelus
rambutnya dan kucium bibirnya dengan
rasa sayang. Namun tanpa kuduga,
dengan ganas (Ratna sepintas
kuperkirakan adalah wanita yang
*********, dan
di kemudian hari dia memang
mengakuinya kalau dia nggak pernah
puas ketika berhubungan seksual dengan
suaminya, walau pun menurut
ukurannya suaminya mempunyai
kemampuan seksual yang sangat hebat),
dia
menyambut ciumanku dengan jilatan-
jilatan lidahnya yang memilin-milin
lidahku. Tangannya dengan berani
meraba
selangkanganku yang tertutup celana
dinas dan meraba kontolku yang sudah
menegang ketika mulai berciuman tadi.
Kontolku dikocoknya dari luar dengan
trampil dan membuatku keenakan (jujur
saja, istriku tidak bisa seperti itu).
Secara cepat dan trengginas, karena
nafsu yang sudah berkobar-kobar, aku
pun langsung membuka kancing
seragam atasnya, dan dengan lahap
kukeluarkan seluruh buah dadanya yang
ranum dari cup BH tanpa membuka
kancing yang terletak di belakangnya.
Buah dadanya langsung kuremas
dengan lembut, pentilnya yang imut
kupilin-pilin
sampai menegang, dan aku terus
menciumi bibir dan kadang menciumi
wajah dan belakang telinganya. Ratna
meregang, dan kali ini dia memanggilku
tidak lagi pak atau dok, tetapi sudah
berubah menjadi `papa´, "Ehmmpph,
sshh ... paaaaaah, aku sayang kamu
paaah, Ratna sayang papaaah ...
aaarghh ....".
Aku pun berganti menjawab sekenanya
dan seberaninya, "Aku juga sayang
Ratna, bener aku sayang kamu, hari ini
aku ingin memasukkan kontolku ke
tubuhmu, sayang, boleh?"
Ratna langsung menjawab, "Boleh
yaaaang, boleh ... arrghhh ... sshhshh ...
cepatan ya yaaaang ... aaaargrhhh ....".
Mendengar jawaban itu, tanpa ragu, aku
segera memasukkan jari kedua tanganku
ke selangkangannya yang masih
tertutup seragam dinas, dan dengan
bernafsu kucari celana dalamnya, dan
begitu ketemu, tanpa ba-bi-bu lagi
langsung kupelorot dan kusimpan di
saku celanaku. Demikian pula Ratna,
dengan terengah-engah, langsung dia
membuka resleting celanaku dengan
sebelumnya melepaskan ikat pinggangku
yang kemudian dia lempar jauh-jauh,
dan tangannya dengan cepat menyergap
kontolku yang berukuran panjang 14 cm
dengan diameter yang cukup besar.
Aku ikut memelorotkan celanaku walau
pun nggak sampai kulepas sama sekali.
Tangannya dengan cekatan mengelus
kontolku, mengocoknya, sembari
tubuhnya menggelinjang karena jariku
sudah mengelus tempik vaginanya yang
basah.
Sebagian jariku pelan-pelan kumasukkan
ke dalam lubang tempiknya, dan
kugeser-geser melingkari lubang sempit
itu.
Jempolku mencari kelentitnya, begitu
ketemu kuelus dengan permukaan
dalam jempol.
"Ah, paaah, aku nggak tahan paaah ...
aggghhh, ..... paaaah .....eeennaaak
paaah ...", dia mengerang setengah
berteriak, tetapi mulutnya segera
kubungkam dengan mulutku, kukulum
agar suaranya tidak terdengar oleh
orang-
orang yang mungkin ada di luar,
kemudian kujilati bibir dan seluruh
permukaan wajahnya sampai basah
terkena
ludahku.
Sambil setengah bergumul, mataku
selalu waspada melihat keadaan luar
rumah melalui kaca berkorden untuk
berjaga-jaga kalau-kalau ada orang yang
mau masuk ke rumah. Karena situasi
yang tidak terlalu aman itu, aku tidak
berani melakukan adegan birahi kami ini
dengan berbugil total..
Tanpa menunggu lama lagi, karena
darah birahi yang sudah sampai ke
ubun-ubun, tubuh Ratna kutarik ke
depan
tubuhku, sambil dia tetap duduk
menghadap ke depan membelakangiku,
dan aku bersandar setengah duduk di
sofa,
dengan perlahan tapi pasti, rok
bawahannya kusingkap dan kuangkat,
pantatnya kupegang, selangkangannya
yang
sudah tak bercelana dalam
kurenggangkan lebar-lebar, pahaku
kurapatkan dengan kontol yang
mengacung ke atas,
kemudian tangan kiriku memegang
kontol dan kubimbing masukkan ke
vagina tempik (memek)-nya. Ratna ikut
mem-
bantu memegang kontolku dengan
tangan kanannya, dan perlahan-lahan
pantatnya diturunkan ke bawah.
Vaginanya
terasa sempit juga (mungkin karena
belum pernah melahirkan bayi), tetapi
berkat bantuan lendir vaginanya yang
sudah
banyak, tanpa kesulitan yang cukup
berarti kontolku akhirnya berhasil masuk
juga ke sebagian vagina depannya. Ratna
sambil menghadap ke depan terus
mengerang, pantatnya mulai
bergoyang-goyang, dinaik turunkan,
agar kontolku
bisa lebih masuk ke dalam.
"Aduuuh paaaaah, enaaak paaaah ....
Ssshhh ... arggh , aaduuuh paaah ...",
erangnya. Aku juga mulai mendesis
merasakan enaknya tempik perawatku
yang sangat manis dan hot ini, sambil
benakku berseliweran membayangkan
keberanianku menyetubuhi istri orang.
Ah, persetan, salahnya punya istri manis
disia-siakan, sehingga masih mencari
kontol atasannya. Betul-betul vagina
yang nikmat, nggak salah aku
ditempatkan di puskesmas ini, aku bisa
menikmati
sepuasnya vagina Ratna yang sedap.
Kepunyaan istriku sendiri tidak senikmat
ini.
"Ratna, kamu memang enaak, ..." begitu
desisku.
Sambil aku juga ikut menggerakkan
pantatku naik turun seirama dengan naik
turunnya pantat Ratna, aku mengocok
kelentit Ratna yang ada di depan dengan
tangan kananku. Tangan kiriku terus
meraba habis buah dadanya yang terasa
kenyal
di depan. Ratna makin menggelinjang
seperti cacing kepanasan, karena
kocokan jariku pada kelentitnya yang
makin
menonjol. Pantatnya makin dia
goyangkan selain naik turun juga ke
kanan kiri. Rasanya bukan main enak, tak
terkirakan.
Beginilah rupanya rasa tempik Ratnaku,
Ratnaku yang bisa menggantikan tugas
istriku di siang hari, Ratnaku yang mem-
punyai gerakan tubuh yang hebat dan
nikmat.
"Siiiih, kamu sayang papa beneran
nggak, aku eeennnaaaak Siiih ....!"
"Aaaaduuuh paaaah, Ratna sayang
paapaaaah, eennaaak juga aku paaaah,
koq bisa enaaak gini ya paaaah?
Aaaargghhhh ..... ssshh ...
arrrgggghhhhhhhhhhhhhhhh ....
Paaaaah ..."
Aku makin cepatkan kocokanku naik
turun, demikian pula Ratna, dia makin
menggeliatkan tubuhnya ke sana kemari.
Sayang, aku nggak bisa melihat tubuh
indahnya sambil berbugil, karena
situasinya yang tak memungkinkan.
Tiba-tiba Ratna, setengah berteriak
bergetar-getar tubuhnya, "Aaarghhh ...
paaah, aku nggak tahaaan paaaah,
aku mau orgasme paaaaah, paaaaah ...".
Aku sendiri hampir nggak tahan juga
merasakan denyutan tempiknya yang
asyik. Sekali lagi, betul-betul tempik yang
enak dan nikmat
"Nggak apa-apa Siiih, kalau mau
orgasme, nggak usah ditahan Siiih, papa
juga mau keluar, aarghhh ...".
Gerakan kontolku makin kupercepat
walau pun tidak terlalu bebas, karena
posisiku yang di bawah, sambil
tanganku
mengocok buah dada dan bibir Ratna
kucari dan kumasukkan jempolku ke
mulutnya dan segera diempotnya seperti
bayi
sambil terus mendesah. Tak lama
kemudian, Ratna mengejang,
"Arrrggghhhhh paaaaaaaaah ....
Arrrghhhhhh ......",
badannya bergetar, rupanya Ratna telah
orgasme hebat. Kontolku terasa dijepit
berdenyut-denyut. Karena proses
orgasme tubuhnya menggeliat seksi ke
belakang sehingga tampak makin
menggairahkan.
Pemandangan itu, walau cukup kulihat
dari belakang, membuat aku juga sudah
merasa nggak tahan lagi, geli
hebat mulai terasa di ujung kontol yang
masih berada di tempik Ratna.
Goyanganku kupercepat lagi, Ratna
kupeluk
erat-erat, dan ... "Aaaarhggggghhh ...
aku juga keluar Siiiih ... eenaaaak
Siiih .....".
Pantat Ratna kutarik keras-keras ke
bawah agar seluruh kontolku terbenam
di tempiknya, dan kusemprotkan keras-
keras air maniku ke dalam vaginanya,
sambil berharap agar ada spermatozoa
yang bisa menyerbu ovumnya sehingga
menghasilkan pembuahan, karena
mendadak hari ini aku merasa mencintai
Ratna, tidak sekedar mencari kepuasan
seksual saja.
"Ooooh paaaah, aku cinta kamu
paaaah ...., Ratna sayang kamu paaah.
Aku kepingin anak dari kamu paaah ...
" kata Ratna sambil terus memutar-
mutarkan dan menekan pantatnya
menjadikan kontolku seperti diperas-
peras
isinya, dan beberapa kali
menyemprotkan mani sampai ludas.
"Aku juga sayang kamu, Ratna ... kapan-
kapan aku
ingin mengajakmu main seks sambil
betulan telanjang bulat, mau ya Siih ...?"
Ratna langsung menjawab dengan
manja: "Tentu Ratna mau sekali paah,
minggu depan ya paah, kita cari
tempat enak untuk bikin anak yang
nikmat ya paah?"
Sambil tubuh Ratna masih terduduk di
atasku yang juga separuh duduk,
lehernya agak kuputar kesamping,
dan bibirnya kucium sayang, mesra
sekali, sementara kontolku masih tetap
berada di dalam jepitan tempik-
vaginanya yang masih juga terus
berdenyut nikmat ....


Adult | GO HOME | Exit
1/2018
U-ON

inc Powered by Xtgem.com